BERAU — Suasana Bumi Perkemahan (Buper) Mayang Mangurai kembali hidup. Ratusan peserta memadati kawasan tersebut pada pembukaan Kemah Dewan Kerja Kabupaten (DKK) Kalimantan Timur 2025. Riuh tepuk tangan peserta tidak hanya menandai dimulainya acara, tetapi juga menyulut harapan besar: menjadikan Buper Mayang Mangurai sebagai ikon baru Kabupaten Berau.
Anggota Komisi II DPRD Berau, Agus Uriansyah, yang hadir langsung dalam kegiatan itu, tampak sumringah. Ia menyampaikan rasa syukur sekaligus kebanggaannya atas kelancaran penyelenggaraan acara tersebut.
“Alhamdulillah, kegiatan ini berjalan lancar. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat,” ujarnya.
Agus melihat Buper Mayang Mangurai memiliki potensi jauh lebih besar daripada sekadar lokasi perkemahan. Dengan luas mencapai 15 hektare, kawasan ini dinilainya sangat layak berkembang menjadi pusat berbagai kegiatan akbar sekaligus destinasi wisata baru.
“Mengapa tidak? Perayaan hari jadi Berau bisa digelar di sini. Bahkan konser pun memungkinkan,” ungkapnya optimistis.
Ia menyebut Buper Mayang Mangurai dapat menjadi wajah baru Berau—ruang publik yang menghidupkan aktivitas warga, tempat berkumpul, berolahraga, hingga menikmati suasana alam yang nyaman.
Namun, Agus menegaskan bahwa perkembangan besar ini harus dibarengi dengan pembenahan infrastruktur pendukung. Dua hal yang menjadi sorotan utama ialah akses jalan dan minimnya pencahayaan.
“Banyak yang mengeluhkan penerangan. Kami akan mendorong pemasangan PJU. Ini bagian dari evaluasi yang harus segera ditangani,” tegasnya.
Selama pelaksanaan kegiatan, akses utama kawasan terpaksa dialihkan melalui jalan hauling PT Barajaya Utama karena adanya pengerjaan pengaspalan. Ke depan, pintu masuk utama akan kembali difokuskan pada jalur yang sudah menjadi bagian dari anggaran pemerintah daerah.
Tak hanya itu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) juga membawa rencana besar. Mereka mengusulkan penanaman seribu pohon di titik-titik yang dinilai terlalu panas untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung.
“Kita sudah berbicara dengan DLHK. Insyaallah seribu pohon akan ditanam. Kita ingin suasana di sini lebih teduh, nyaman, dan betul-betul jadi tempat wisata alam,” kata Agus.
Baginya, Buper Mayang Mangurai bukan sekadar lokasi kegiatan, melainkan aset penting daerah. “Aset seluas ini tidak boleh dibiarkan seadanya. Harus kita lestarikan. Ini potensi besar untuk Berau,” ujarnya.
Dengan berbagai rencana pengembangan tersebut, Buper Mayang Mangurai tengah disiapkan menjadi destinasi yang memadukan wisata, ruang hijau, dan pusat kegiatan publik—sebuah simbol baru yang diharapkan membawa kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Berau.(*)
